It's me

Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 11 Mei 2012

artikel kebudayaan toraja


“Orang Toraja dan Budayanya”

“Toraja”, itulah sebutan yang kerap dipakai untuk menyatukan dua kabupaten, Tana Toraja dan Toraja Utara yang terletak di bagian Utara Sulawesi Selatan. Salah satu aset negara Indonesia yang menyumbangkan devisa di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dua kabupaten yang awalnya satu itu termasuk daerah yang kaya akan budaya dan aset pariwisata yang tak kalah menariknya dengan daerah lainnya baik di kanca nasional maupun internasional. Budaya Toraja yang ada berasal dari leluhur atau nenek moyang orang Toraja sendiri yang kemudian diwariskan dan dilestarikan hingga saat ini. Meskipun kini telah terbagi menjadi dua kabupaten, hal itu tak mempengaruhi minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menjelajahi bahkan mempelajari adat serta budaya Toraja.
            Toraja pada umumnya memiliki budaya dan adat istiadat yang telah mendarah daging turun temurun. Adat dan budayanya pun telah lama ada, jauh sebelum akhirnya dijadikan sebagai objek wisata.
            Bagi sebagian orang Toraja, budaya yang merupakan aset daerah bahkan negara adalah kebutuhan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan. Berbagai budaya yang bertebaran di Toraja kerap dijadikan kewajiban bahkan simbol pengabdian terhadap leluhur. Tanpa disadari, budaya asli yang bertujuan untuk mencapai kepuasan batin ini memiliki kesamaan dengan budaya Dongson. Hal itu dapat dikaitkan dengan teori yang mengatakan bahwa nenek moyang orang Toraja berasal dari daerah Yunan dan banyak pula kesamaan antara budaya Dongson dengan Toraja.
            Namun daerah yang terkenal dengan istilah “Tondok Lilina Lepongan Bulan Tana Matari Allo” ini nyaris kehilangan budayanya karena falsafah budayanya yang hanya dipahami oleh beberapa tokoh masyarakat saja. Lalu, apa yang menyebabkan budaya Toraja bertahan hingga sekarang? Ini dapat dikarenakan Toraja sebelum dan sesudah terbagi tidak pernah diperintah oleh seorang Raja (autonom di wilayah adat masing-masing) sehingga timbul rasa saling menghargai.
            Untuk lebih dekat dengan Toraja dan budayanya, hal yang penting ialah mengungkap keunikan tersendiri dari adat dan budaya daerah tersebut. Contoh kecilnya terletak pada upacara Rambu Solo (upacara penguburan), yakni orang yang meninggal tidak langsung dimakamkan melainkan disemayamkan di rumah keluarganya sembari menunggu hasil musyawarah keluarga, apakah akan diupacarakan ataukah sebaliknya. Di samping itu, hal ini juga bertujuan untuk menyelesaikan semua perkara orang tersebut semasa hidupnya agar arwahnya tenang. Hal lainnya yaitu sisa hasil usahanya sepeninggalnya akan disosialkan (dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk daging). Semua itu dilakukan agar keluarganya tidak bergantung pada harta yang ia tinggalkan dan agar tidak melanggar falsafah budaya.
            Hal yang dapat ditemukan pada budaya Toraja dan akan tetap berlangsung di masa-masa yang akan datang ialah budayanya yang memerlukan perencanaan sebelum akhirnya masuk pada tahap pelaksanaan. Perencanaan dilakukan dengan cara musyawarah hingga memperoleh keputusan. Pada budayanya pula dapat ditemukan kebersamaan dan kekeluargaan yang kental.
            Seiring perkembangan jaman, budaya Toraja juga mengalami modernisasi, namun selalu diupayakan agar falsafah budayanya tidak berubah sehingga tidak tertutup kemungkinan Toraja dan budayanya akan eksis di tahun 2030 bahkan tahun-tahun selanjutnya. Alasannya, manusia tak bisa terlepas dari budaya. Maka saat manusia modern, budayapun akan ikut modern. Hal yang tetap dibutuhkan ialah pendekatan antara kehidupan modern dan tradisional sehingga dapat tercipta keseimbangan diantara kedua masa tersebut.
            Diperkirakan masyarakat toraja dan semua aspek kehidupannya akan ikut modern sejalan dengan zaman yang dihadapinya. Di mana budaya dapat menjadi motivasi dalam menjalani kehidupannya. Namun terlepasnya budaya dari kehidupan masyarakatnya dapat saja menjadi ancaman yang bisa melanda kapan saja.  Perkembangan dan kemajuan suatu budaya juga bergantung kepada generasi muda dan pendidikan di mana budaya tersebut berada.
            Sebagaimana diketahui, generasi mudalah yang memiliki budaya, dalam artian budaya di masa yang akan datang berada di tangan generasi muda tempat hidupnya budaya tersebut karena generasi mudalah yang memegang peranan penting dalam perjalanan suatu budaya.
            Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat dan budayanya. Budaya Toraja sendiri mendukung bahkan menunjang pendidikan. Dan diyakini hal itu akan tetap berlangsung kedepannya. Dalam konsep pendidikan yang diharuskan dan  budaya yang tentu mutlak, hal itu dapat dijadikan sebagai salah satu alasan bertahannya budaya Toraja. Jadi, untuk menyatukan keduanya, pendidikan dan budaya harus sama-sama jalan untuk kemudian saling menunjang. Sebagai salah satu sumber pemasukan, budaya Toraja tidak hanya menyumbang pada bidang pendidikan saja, tetapi pada semua aspek kehidupan bermasyarakat bahkan bernegara.
            Faktor lainnya yaitu situasi budayanya sendiri yang berpengaruh kepada para budayawan. Karena saat kehidupan tidak memperlihatkan budaya tradisionalnya lagi, maka akan berdampak pada budayawan yang akan mencari pegangan lain yang tidak tradisionil dan melupakan budaya daerahnya. Jika keadaan seperti itu terjadi, maka semakin berkuranglah jiwa-jiwa yang mengerti falsafah asli budaya daerah. Namun hal berbeda ditemukan pada budaya Toraja, yakni budayanya telah menyatu dengan kehidupan masyarakatnya. Situasi budaya yang cenderung maju bahkan kadang terbilang ‘gila’ menjadi sumber kepuasan batin tersendiri bagi masyarakatnya. Untuk mencapai ketenangan batin semuanya kembali bergantung pada manusianya.
            Spesifik ke arah manusianya sendiri, orang Toraja dari zaman dahulu kala terkenal dengan rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi, solidaritas yang kuat serta keramahannya. Diyakini seiring dengan perkembangan budayanya, di tahun 2030 orang Toraja akan tetap mengikuti arus globalisasi untuk tetap modern dan eksis di zaman yang dijalaninya.
            Untuk daerahnya, dengan persentase 30% Toraja akan menjadi kota yang besar dan modern, sedangkan 70% diperkirakan Toraja akan menjadi kota pariwisata yang besar.
            Di tahun-tahun mendatang, budaya Toraja tidak lagi bergantung dan berdasar pada keturunan/kedudukan, melainkan berdasarkan tingkat pendidikan dan kemapanan ekonomi.
            Mempertahankan suatu budaya adalah hal yang sulit. Kuncinya adalah falsafah budaya yang harus dipahami dan dihayati. Karena saat generasi muda tidak memahami falsafah budaya daerah tempat ia tumbuh dan berkembang, itu justru akan menyebabkan terjadinya konflik.
            Tak dapat dipungkiri jika nantinya akan ada perubahan pada setiap prosesi budayanya akibat globalisasi. Yang penting dalam menjaga keutuhan suatu budaya ialah kesadaran dan kecintaan terhadap budaya itu serta menjadikannya sebagai kebutuhan, maka dengan sendirinya budaya itu akan tetap bertahan.
            Selain itu, yang dapat dijadikan perisai adalah generasi muda yang berdedikasi dan peduli kepada tradisi serta budaya daerahnya baik secara fisik maupun nonfisik. Diperlukan pula jiwa-jiwa yang berdedikasi dalam pengembangan tradisi dan budaya serta mampu menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati kalangan luas.
            Budaya Toraja sudah terbilang ‘oke’ dalam hal promosi, langkah selanjutnya tinggallah pembenahan dari dalam untuk memastikan budaya dan daerahnya akan terus eksis.
            Jika kita menginginkan budaya Toraja tetap eksis dalam berbagai situasi maka kita harus menghidupkan dan memasyarakatkan kembali tradisi dan budaya tersebut. Di samping untuk memenuhi dan mencapai kepuasan batin, budaya Toraja dapat pula dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif dengan memanfaatkan warisan budaya tanpa membahayakan kelestariannya.
            Apresiasi adalah jalan untuk mempercepat pengenalan terhadap budaya. Semakin dekat kita mengenal budaya sendiri, semakin kecil pula kemungkinan kita mengenal istilah budaya yang punah atau hampir punah di masa-masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar